 |
Baba Akong dengan kalpataru emasnya |
Satu-satunya tanda
bahwa beliau keturunan Cina hanya bentuk wajahnya. Bicaranya cadel karena
giginya sudah banyak hilang dan penyakit degenertif yang dideritanya.
Nama aslinya merupakan nama
umum orang Sikka. Beliau sendiri mengakui namanya sulit diingat dan minta dipanggil Baba Akong saja. Sebutan Baba dalam bahasa Lio (salah satu bahasa asli orang Sikka) lebih merupakan panggilan hormat kepada
laki-laki dewasa daripada panggilan berbau
diskriminatif.
Selebihnya.....semua
menunjukkan bahwa beliau orang Indonesia. Karyanya sejak 1992 menanam
bakau di pesisir utara Sikka membuktikan dia adalah orang Indonesia yang
lahir, hidup, bergumul, dan berkarya di Indonesia.

Hidup dan karyanya membangun hutan bakau di Reroroja merupakan investasi bukan hanya bagi anak-cucunya saja, tapi bagi seluruh masyarakat yang hidup di daerah tersebut. Hutan bakau ini memang dibangun seperti bangunan-bangunan lain. Dibangun di atas tanah berpasir dan tandus dengan keringatnya sendiri. Kini bangunan itu menjadi tempat bernaung puluhan spesies unggas, udang, ikan dan kepiting serta menjadi tempat masyarakat di sekitarnya.menggantungkan hidup sebagai pencari dan penjual makanan laut.
Di
hutan ini ada 15 species bakau. Salah satunya memiliki daun yang
berkhasiat menetralisir racun duri ikan pari yang pernah membunuh Steve
Irwin, the crocodile hunter. Seperti beberapa penduduk lokal Reroroja
lainnya yang selalu berhubungan dengan satwa laut, Baba Akong pernah
tertusuk duri ikan pari dan merasakan efeknya pada denyut jantung. Daun
bakau inilah yang menyelamatkannya. Alam memang selalu menyediakan jalan
keluar bagi masalah manusia yang berkaitan dengan alam. Yang diperlukan
sebetulnya hanya kepekaan dalam memahami bahasa alam saja.
Tertarik nyasar di hutan bakau ini dan belajar memahami bahasa alam dari Baba Akong? Yuk...nyasar di Flores bersama kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar