

Kampung tradisional juga membentuk pola lingkaran. Di bagian tengah
kampung terdapat compang,
yaitu altar batu tempat persembahan kepada Tuhan dan leluhur. Semua
rumah menghadap ke arah compang. Foto di sebelah kanan adalah salah satu
kampung tradisional Manggarai yaitu Waerebo. Terlihat ada 7 buah rumah berbentuk kerucut yang mengelilingi compang yang juga berbentuk lingkaran.
Yang terakhir adalah
tanah pertanian dan perkebunan. Di samping ini adalah foto bentuk sawah yang dengan area pandang yang lebih luas dibandingkan foto di atas. Bentuknya berupa lingkaran-lingkaran konsentris
dengan dengan satu titik pusat dan garis-garis lurus dari titik pusat ke
luar membentuk jari-jari lingkaran. Seperti sarang laba-laba.

Foto ini diambil di Desa Cancar, tidak jauh dari Kota Ruteng. Ada satu tempat di desa ini yang letaknya di ketinggian sehingga petak-petak sawah berbentuk sarang laba-laba terlihat jelas. Dalam bahasa Manggarai petak-petak sawah sarang laba-laba ini disebut lingko. Paling sedikit ada 11 lingko terlihat dari tempat ini.
Lingko merupakan tanah adat untuk memenuhi kebutuhan bersama. Bentuk lingko yang unik ini merupakan wujud pembagian hak olah tanah secara adat. Pembagian dimulai dari pusat lingkaran yang disebut lodok. Di lodok ini tetua adat membagi tanah dengan menggunakan jarinya sebagai alat ukur. Hasil ukur ditandai pada batang kayu yang berdiri di tengah lodok. Kemudian ditarik garis lurus dari tanda-tanda di batang kayu ke arah luar hingga batas terjauh tanah adat. Itulah pembagian hak olah tanah yang akhirnya menghasilkan bentuk sarang laba-laba.

Manggarai memang memiliki tanah subur. Produksi beras di lingko-lingko di seluruh Flores selalu surplus tiap tahunnya. Perkebunan coklat, cengkeh, kopi, kapuk dan kemiri tersebar di seluruh Manggarai.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar